image by: Gusti |
ASEAN di Persimpangan Sejarah
Buku berjudul ASEAN di Persimpangan Sejarah yang ditulis oleh Shofwan Al-banna Choiruzzad berusaha menguak tentang sejarah ASEAN dan mencoba mengupas masalah dengan menilik beberapa aspek yang akan dihadapi oleh ASEAN dan Indonesia sendiri.
Shofwan dalam buku ini
memaparkan bahwa sulitnya menciptakan perdamaian antar negara di dunia yang
mengalami berbagai macam konflik dikarenakan saling berusaha memperebutkan
kekuasaan tercatat dalam sejarah. Setelah perang pertama dan kedua konflik
peperangan tak kunjung usai, masih berlanjut perang dingin yang dilakoni oleh
dua negara besar di dunia yakni Amerika Serikat dan Unisoviet yang bertujuan
untuk menjadi negara adidaya di dunia.
Dalam mencegah terjadinya
konflik serta demi menciptakan perdamaian sejumlah negara di Asia Tenggara
membentuk organisasi yang bernama ASEAN (Association of Southeast Asian
Nations) Yang dideklarasikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok.
Berdirinya ASEAN juga merupakan salah satu cara untuk melupakan fase sejarah
dari perang dingin yang dilakukan oleh dua negara besar sehingga beberapa
negara yang memiliki kedekatan ideologis dengan komunisme akan segera melakukan
kerjasama dan solidaritas dengan negara lainnya yang cenderung anti-komunis. Organisasi
yang beranggotakan sepuluh negara, awalnya hanya beranggotakan lima negara
yakni Indonesia, Malaysia, Singapore, Thailand, dan Filipina, lima negara yang
membentuk oeganisasi itu sendiri. Lalu disusul oleh lima negara lainnya yakni
Brunei (1984), Vietnam (1995), Myanmar dan Laos (1997) serta Kamboja (1999).
Pada tahun 1990-an, ketika
Tiongkok bekerjasama serta menempatkan ASEAN sebagai institusi yang paling
relevan dan penting dalam penataan arsitektur politik dan ekonomi kawasan,
sejak itulah perkembangan pendapat per kapita Asia Tenggara melesat jauh
melampaui yang lain setelah mengalami kemerosotan dimana Asia Tenggara masih
tertinggal di bawah kawasan lain. Bahkan Asia Tenggara akan melesat lebih jauh
dan menjadi kawasan yang memiliki perekonomian terbesar dari yang lainnya
mengingat kerjasama dengan Tiongkok yang diramalkan oleh para ahli bahwa akan
menggantikan Amerika Serikat sebagai ekonomi terbesar di dunia dan ditopang
oleh posisi geografis yang strategis bagi percaturan politik dan ekonomi
internasional serta akan diselenggarakannya kerjasama dalam bidang ekonomi antar
negara kawasan Asia Tenggara yang dikenal dengan sebutan MEA (Masyarakat
Ekonomi ASEAN) yang juga diyakini dapat memperkuat integrasi kawasan.
Dalam mengahadapi pasar
bebas ASEAN, Indonesia mengalami kekhawatiran untuk menghadapinya, masyarakat
merasa tidak banyak yang paham tentang Masyarakat Ekonomi ASEAN, terutama usaha
kecil dan menengah akan banyak yang terpukul. Tidak hanya Indonesia yang
mengalami kekhawatiran, negara lain seperti Thailand masih merasa masyarakatnya
belum siap. Bahkan sebagian meminta pemerintah melihat kembali kesepakatan
dalam MEA dan secara cerdas membuat hambatan-hambatan namun tidak melanggar
kesepakatan di dalam MEA demi mempersiapkan masyarakatnya.
beberapa langkah yang dapat diambil oleh pemerintah Indonesia berkaitan ASEAN, yaitu pertama, dengan mempertahankan serta membangun ASEAN yang lebih kuat, namun dengan penguatan yang lebih realistis tanpa keinginan dan target-target yang muluk dan terlihat hebat sehingga membuat negara anggotanya kesulitan untuk mengikutinya sampai pada titik mengorbankan kepentingan nasional. Kedua membangun kepemimpinan Indonesia di ASEAN, dari parsial ke universal dan terukur, terutama dalam bidang ekonomi yang memberi dampak yang jelas pada kehidupan rakyat Indonesia. Ketiga, menyelaraskan kepentingan nasional dengan agenda yang diusung melalui ASEAN, diwujudkan dengan koordinasi yang baik di antara lembaga-lembaga pemerintahan, dan presiden menjadi kunci penting dalam konteks ini.
beberapa langkah yang dapat diambil oleh pemerintah Indonesia berkaitan ASEAN, yaitu pertama, dengan mempertahankan serta membangun ASEAN yang lebih kuat, namun dengan penguatan yang lebih realistis tanpa keinginan dan target-target yang muluk dan terlihat hebat sehingga membuat negara anggotanya kesulitan untuk mengikutinya sampai pada titik mengorbankan kepentingan nasional. Kedua membangun kepemimpinan Indonesia di ASEAN, dari parsial ke universal dan terukur, terutama dalam bidang ekonomi yang memberi dampak yang jelas pada kehidupan rakyat Indonesia. Ketiga, menyelaraskan kepentingan nasional dengan agenda yang diusung melalui ASEAN, diwujudkan dengan koordinasi yang baik di antara lembaga-lembaga pemerintahan, dan presiden menjadi kunci penting dalam konteks ini.
(pemahaman hasil membaca dari penulis)
Comments
Post a Comment
Terimakasih atas saran dan kritiknya