image by: Gusti |
Mengenal Filsafat Islam
Pemikiran dalam filsafat Islam dimulai kira-kira pada tahun 700M dan priode ini sering dinamakan priode parepatetik sampai pada tahun 1450. Filsafat parepatetik ialah filsafat yang berusaha memecahkan secara rasional mengenai persoalan-persoalan logika, sifat ada, kebendaan, kerohanian, dan akhlak dengan tetapi menyesuaikan dengan kitab suci.
Filasafat Islam sendiri dibagi menjadi dua
priode, yaitu priode mutakallimin dan
priode filsafat Islam parepatetik. Sedikit akan
saya kupas tentang filsafat mutakallimin, dimana pada priode mutakallimin ini
munculnya beberapa aliran, yaitu Khowarij, Murji’ah, Qodariyah (Ma’bad Al
Juhani Al Bisri), Jabariah (Al Jaham bin Syafwan), Mu’tazilah (Abu Hudzaifah
Wasil bin Atho Al Ghozali), dan Ahlu Sunnah Wal Jamaah (Ahmad bin Hambal).
Dan sedikit panjang akan saya kupas tentang filsafat Islam parepatetik. Dalam priode ini para
filsuf berusaha untuk menyelidiki hakikat sesuatu termasuk ketuhanan dan alam,.
Tokoh-tokoh yang termasuk di dalam priode ini, antara lain adalah Al Kindi, Al Farabi, Ibnu Sina, Al Ghozali,
Ibni Bajah, IbnuThufail, dan Ibnu Rusyd.
Dengan terjadinya pertukaran kebudayaan
di antara bangsa dari seluruh pelosok penjuru dunia, maka pemikiran fiilsafat
Islam juga ikut masuk ke nagara lain terutama ke dunia Barat baik melalui
aktifitas kerajaan, terjemahan buku dan perpustakaan, pengiriman mahasisiwa dan
pengaruh pemikiran bangsa-bangsa dari moderninasi Barat.(Ilmu Filsafat Suatu Pengantar (Drs. Surajiyo)
Di antara beberapa disiplin ilmu, barangkali, filsafat Islam adalah yang paling
sedikit dipahami, bisa juga berarti paling banyak disalahpahami, sekaligus juga
yang paling kontroversial. Pangkal kontroversial yang ada di sekitar filsafat
Islam adalah sejauh mana Islam mengizinkan adanya masukan dari luar.
Merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri, bahwa filsafat Islam
terpengaruh oleh atau mengandung unsur-unsur dari luar, terutama pada masa Hellenisme dari pemikiran Yunani. Bahkan
lebih jauh dari itu, diantara para ahli ada yang berpendapat bahwa, filsafat
Islam jiplakan dari filsafat Yunani. Ernest Renan misalnya, dalam
bukunya Histoire Generale et Systemen
Compare des Langues Semitigue, sebagai mana dikutip oleh Hasan Hanafi, menyatakan
bahwa apa yang dikatakan “filsafat Arab”
tidak lain hanyalah filsafat Yunani yang ditulis dalam bahasa Arab.(Pernak-pernik Pemikiran Filsafat Islam dari Al-Farabi sampai Al-faruqi (Drs. H. Sholihin M. Ag.))
Penelitian semacam itu tentu tidak dapat diterima, fakta mengatakan, filsafat Islam tidak sekedar menjiplak filsafat Yunani, melainkan
juga masalah-masalah yang bersumber dari ajaran-ajaran Islam, dan juga memiliki relevansi
bagi umat Islam, yang tidak dikenal oleh bangsa Yunani, satu diantaranya adalah
masalah kenabian.
Masalah kenabian dalam filsafat Islam dicetuskan dengan detail pertama kali oleh
Al-Farabi. Ibrahim Madkour berpendapat, teori kenabian Al-farabi ini sangat
dipandang sebagai salah satu usaha yang paling signifikan dalam pemaduan antara
filsafat dan agama. Karna kenabian adalah suatu hal yang esensial
bagi agama samawi seperti Islam. Basis agama samawi adalah wahyu, dan Nabi
adalah pembawa wahyu itu sendiri. Sedemikian esensialnya sehingga masalah kenabian
menjadi topik kajian yang menarik perhatian bagi para pemikir Islam, baik masa
klasik ataupun modern. (Pernak-pernik Pemikiran Filsafat Islam dari Al-Farabi sampai Al-faruqi (Drs. H. Sholihin M. Ag.))
1. Makna Filsafat Islam
Filsafat Islam terdiri dari dua kata yaitu filsafat dan Islam. Dalam khasanah ilmu,
filsafat diartikan sebagai berfikir yang bebas, bebas dan berada dalam dataran
makna, bebas artinya tidak ada yang menghalangi pikiran bekerja.
Berfilsafat adalah berfikir radikal, yang artinya mengakar, sehingga berfikir radikal artinya berfikir sampai ke akar
suatu masalah bahkan melewati batas-batas fisik yang ada, memasuki penggambaran sesuatu yang di luar fisik (metaphysic). Penggambaran filsafat melewati batas-batas pengindraan manusia, misalanya dengan mudah
indra bisa menangkap gunung, tetapi gunung dalam pemikiran filsafat tidak
hanya seonggok batu dan tanah yang diliputi dengan pepohonan, tetapi lebih
dalam dari itu, apakah sesungguhnya hakikat gunung itu, dan keberadaannya
menggambarkan makna bagi kehidupan manusia.
Sedangkan kata Islam, secara semantik berasal dari kata salima yang memiliki arti tunduk, menyerah, dan selamat, dan dengan
menyerahkan diri kepada Allah maka ia memperoleh keselamatan dan kedamaian.
Dalam pengertian menyerah, maka semua ciptaan Allah, gunung, samudera, udara,
air, cahaya, dan bahkan setan pada hakikatnya adalah Islam, dalam arti tunduk
dan menyerah kepada penciptanya. Jadi filsafat Islam atau Islamic Philosophy, adalah filsafat yang bercorak Islam, bukan filsafat tentang
Islam, karena Islam menempati sebagai posisi sifat, corak dan karakter dari
filsafat. Filsafat Islam adalah berfikir secar radikal, bebas, berada pada taraf makna yang memiliki sifat,
corak, dan karakter yang memberikan kedamaian. ( Filsafat Islam Sunnah Nabi Dalam Berfikir (Prof. Dr. Musa Asy’ari)).
2. Hakikat Filsafat Islam
Melalui beberapa pendekatan, maka terlihat dengan terang bahwa filsafat Islam atau Islmic Philosophy, itu ada bukan
mengada-ngada. Filsafat Islam bukan filsafat yang dibangun dari filsafat Yunani
yang bercorak rasionalistik, tetapi dibangun dari tradisi sunnah Nabi dalam
berfikir yang rasional trensendental yang akan menjadi
tuntunan dan suri tauladan bagi kegiatan berfikir umatnya, baik tauladan dalam
bertindak, berperilaku, maupun berpikir.
Sesuai dengan ayat Al-Qur’an yang
menegaskan:
“:Sesunggunya
pada diri Rosulullah itu terdapat suri tauladan yang baik bagi kamu, bagi orang
yang mengharap (kehadiran) Allah, dan hari kemudian serta banyak (dzikir)
mengingat Allah”
Filsafat Islam memiliki metode yang jelas, yaitu rasional trasendental, dan berbasis
pada kitab dan hikmah, pada dialektika fungsional Al-Qur’an dan akal untuk
memahami realitas. Secara operasional bekerja melalui kesatuan organik pikiran
dan qalb, yang menjadi bagian utuh
kesatuan diri atau nafs.
Filsafat Islam pada hakikatnya adalah filsafat kenabian Muhammad. Filsafat kenabian ini
ditemukan dalam filsafat Islam, tidak pada filsafat Yunani. Konsep kenabian ini dibangun pertama kali oleh Al-Farabi, dimana Nabi mampu mempunyai
kekuatan imajinatif yang memungkinkannya berhubungan dengan ‘aql fa’al untuk mencapai kebenaran
tertinggi. Kemudian dikembangkan oleh Ibnu Sina dengan teorinya mengenai ‘aql suci yang dimiliki Nabi, sehingga memungkinkan Nabi menembus dimensi kagaiban dan menyatu didalamnya.
Filsafat Islam membahas hakikat semua yang ada, sejak dari tahapan ontologism, hingga
menjangkau dataran metafisis. Filsafat Islam juga membahas mengenai
nilai-nilai yang meliputi dataran epistimologi, estetika, dan etika. Di
samping itu, filsafat Islam juga membahas pula tema-tema fundamental dalam
kehidupan manusia, yaitu tuhan, manusia, alam, dan kebudayaan, yang disesuaikan
dengan kecenderungan perubahan dan semangat jalan.
Kajian filsafat Islam
terhadap obyeknya (obyek material), dari waktu ke waktu, mungkin tidak berubah,
akan tetapi corak dan sifat serta dimensi yang menjadi tekanan atau fokus
kajiannya harus berubah dan menyesuaikannya dengan perubahan, serta konteks
kehidupan manusia, dan semangat baru selalu muncul dalam setiap perkembangan
zaman.(Filsafat Islam Sunnah Nabi Dalam Berfikir (Prof. Dr.
Musa Asy’ari))
Comments
Post a Comment
Terimakasih atas saran dan kritiknya